Selasa, 28 Februari 2012

Raja dan Empat Permaisurinya


Suatu hari, hiduplah seorang raja. Sebut saja namanya John. Sang raja hidup dalam kemewahan. Istana yang megah, perhiasan yang gemerlap, dan ditemani dengan empat permaisuri yang cantik jelita.
Raja john dikenal sebagai raja yang zalim khususnya terhadap empat permaisurinya. Raja lebih mengutamakan permaisuri yang keempat karena dianggapnya paling muda. Apapun yang diminta oleh permaisuri nya selalu dipenuhi oleh sang raja dan pada akhirnya raja pun tidak bisa adil dengan para permaisurinya.
Keempat permaisuri raja memiliki karakter yang berbeda-beda. Dewi Ratih sebagai permaisuri pertama raja ialah sosok orang yang setia, sabar, lemah, lembut, dan rendah hati. Dewi Rossi selaku permaisuri kedua adalah tipe seseorang yang setia, akan tetapi kesetiaan kepada raja tidak seperti kesetiaan permaisuri yang pertama. Permaisuri yang ketiga bernama Dewi Irma. Dewi Irma memiliki tubuh yang seksi, dan paras yang cantik. Meskipun ia juga setia kepada raja, ia pun agak sedikit kecentilan. Tak jarang pemuda ganteng disekeliling istana dilirik dan digodanya. Sedangkan Dewi Jamilah merupakan permaisuri keempat dari raja John. Dewi Jamilah merupakan istri yang paling dicinta dan dimanja oleh sang raja. Karena disamping paling muda, Dewi Jamilah juga tak kalah cantiknya dengan para permaisuri raja yang lain.
Sayangnya, keempat permaisuri tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari sang raja. Permaisuri pertama dengan sosok yang setia dan cinta sehidup semati kepada raja, hidupnya malah disia-siakan oleh sang raja. Sedangkan Dewi Rossi hanya diajak untuk curahat oleh sang raja. Setiap ada permasalahan, raja selalu curhat kepadanya. Namun Dewi Rossi pun tetap setia mendangarkan segala keluh-kesah sang raja. Keadaan serupa juga dirasakan oleh permaisuri yang ketiga. Akan tetapi perlakuan raja terhadap permaisuri yang ketiga masih mending dari pada permaisuri yang pertama dan kedua. Sedikit banyaknya, raja masih mau menuruti permintaan dari permaisuri yang ketiga. Dan hanya kepada Dewi Jamilah lah raja menaruh seluruh perhatiannya.  Dewi Jamilah meminta perhiasan, segeralah raja memenuhinya. Apalagi ketika Dewi Jamilah meminta tidur bersama, tanpa pikir panjang saat itu pula raja siap memenuhi dan melayaninya.
Menjelang wafatnya sang raja, raja bertanya kepada masing-masing permaisurinya yang cantik jelita tersebut.
“Wahai Dewi Jamilah, permaisuri keempatku yang paling kucinta.” Sudikah kiranya adinda menemaniku mati?”
Tanpa pikir panjang Dewi Jamilah pun menjawab,” Ha…….Apakah baginda sudah gila?” Kalau mau mati silakan mati sendiri dan jangan ajak-ajak saya.”
Akhirnya baginda raja pun kecewa mendengar jawaban dari Dewi Jamilah, permaisuri keempat yang paling dicintainya itu.
“Mengapa engkau tiga mengatakan seperti itu, padahal aku selalu menuruti dan memenuhi segala permintaanmu,”Gumam raja di dalam hati.
Selanjutnya raja pun memanggil Dewi Irma selaku permaisuri ketiganya. Raja bertanya,” Apakah adinda siap menemaniku mati meninggalkan dunia ini?”
Sang permaisuri ketiga itupun menjawab,” Ha, ha, ha,ha……..Apa kang mas bercanda?” Itu hal yang mustahil.  Jika kang mas mati, aku akan kawin lagi dengan pemuda-pemuda ganteng di sekeliling kerajaan.”
Jadi dapat ditarik kesimpulan kalau permaisuri ketiga menolak mentah-mentah permintaan sang raja. Selanjutnya dipanggillah Dewi Rossi atau istri kedua dari raja John. Raja pun bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan hasilnya tetap tak satupun dari ketiga permaisuri tersebut yang setia menemani sang raja sampai mati. Dewi Rossi hanya mengatakan bahwa ia mau menemani sang raja mati tapi hanya sekedar mengantar mayatnya kepemakaman.
Dan yang terakhir, raja John memanggil permaisurinya yang pertama yaitu Dewi Ratih. “Adinda Dewi Ratih, maukah dinda menemaniku mati sampai keliang lahat?” “Aku tahu kalau dinda adalah sosok istri yang setia, “sang Raja merayu.”
Tanpa berbelit-belit sang permaisuri pun menjawab, “aku mau wahai sang raja.”
Benarkah?, Tanya raja keheranan.”
Meskipun raja menyia-nyiakanku, cinta dan kesetiaanku tak kan luluh walau harus menemani sampai ke liang lahat, Dewi Ratih menjawab meyakinkan.”
Mendengar pernyataan tersebut, raja merasa bangga dan meminta maaf atas segala kezalimannya selama ini.
Dari cerita di atas dapat ditarik sebuah filosofi bahwa istri keempat merupakan dunia, harta, serta kekayaan yang tidak bakalan menemani seseorang ketika mati. Istri ketiga merupakan hawa nafsu yang senantiasa menjerumuskan terhadap kemaksiatan.Istri kedua menggambarkan keluarga, sahabat, anak, saudara,dan orang dekat lainnya yang hanya bersedia mengantar seseorang ke pemakaman saja. Dan istri yang pertama mencerminkan amal perbuatan seseorang yang selalu setia menemani seseorang meski pada saat ajal dating menjemput.
















0 komentar:

Posting Komentar